sebelum adzan magrib

Kamis, 15 November 2012



Stasiun gubeng terlihat begitu ramai, jam kepulangan kantor, wajar. Di setiap sudut peron masing-masing orang sibuk dengan kepentingannya sendiri. Asap rokok turut mengepul diudara, menyentuh hidung calon penumpang kereta. Ada yang menghibaskan tangannya, ada yang pasrah pada aroma tembakau yang menyengat bagi indra penciumannya
.

Dia berlari tergesa-gesa mendekati seorang pria yang duduk manis di bangku besi memanjang.  Ya itu aku tempat kita menyempatkan waktu untuk bertemu. Hanya di waktu-waktu seperti ini kamu bisa saling bertatapan mata, berbicara, serta mengungkapkan rasa. Hanya di tempat ini, aku dan dia berani menjadi dua orang yang saling jatuh cinta tanpa mendengar bisikan sinis dari banyak orang yang mencoba menghakimi kita
adela :  “ maaf, aku baru sampai disini tadi jalannya macet maklum jam pulang kerja. “
aku :  “ enggak apa-apa kok, yang penting aku bisa lihat kamu.”
senyum itu adalah senyum yang selalu mencairkan rasa ketakutanku. Di stasiun ini, meskipun di tempat umum, tetap saja kami bersembunyi dari pasangan mata yang mengawasi.

adela :   “ aku bawa air minum, kamu haus? ” ujarnya
aku :     hari ini kan hari kamis, aku puasa. “
adela :   “ oh, maaf “
aku“ tidak apa-apa, oia, bagaimana hari ini menyenangkan? “
adela“ sangat menyenangkan, jika aku bisa ketemu denganmu. “
adela“ aku kangen. “
aku“ aku juga. “

Tatapan matanya menyentuh bola mataku yang membulat. Aku tidak menyentuhnya sama sekali tapi perkataan dan senyumannya sudah sangat menghangatkan aku.

adela : “ bagaimana harimu menyenangkan ? “
aku : “ aku mengangguk pelan. “ tapi karna kamu telat, aku jadi tidak bisa lama-lama melihatmu. “
aku : “ besok masih ada waktu. ? “
adela :  “ Habis kamu sholat jum’at ? “
aku : “ hahahaha, habis aku sholat jum’at? Bukankah kamu ada latihan paduan suara di gereja? ”
adela : “oh, iya berarti kita bertemu seperti biasa saja disini. “

Jarum jam bergerak sangat cepat saat aku menghabiskan waktu bersamanya. Ketika adzan magrib menggema, kereta commuter line berjalan pelan-pelan mendekati stasiun.. “ alhamdulillah sudah jam buka puasa “ dia pamit pulang, aku tergesa-gesa meninggalkan stasiun, aku meninggalkan dia di peron sendirian, aku masih lurus menatap ke arah kalung salibnya.. dia melambaikan tangan
Tak perlu sedih karna tak ada perpisahan. Besok kami bertemu lagi sebelum adzan magrib          

0 komentar:

Posting Komentar

Di Blog ini saya menceritakan tentang cerita-cerita saya setiap hari . Disini tidak ada unsur kesengajaan ,ini hanya ungkapan isi hati saya . Jadi apabila ada nama,tempat juga kejadian yang sama, itu bukan kesengajaan, tidak ada faktor lain , ini menceritakan realita tentang kehidupan saya sehari-hari . selamat membaca ^^

twitter : @ruddy121
Facebook : Rudd-rudd Ngeyel ( Lonthong ora mentolo muluk-muluk )
skype : ruddy1211
ym : ruddy.cakep
Email : ruddy.cakep@yahoo.co.id