Sumpah aku benar-benar mencintainya.
Cinta yang dalam yang sedang kurasakan. Aku masih menyimpan SMS tanggal 02 April
2012 malam saat dia juga berkata suka padaku, aku masih menyimpannya
hingga
sekarang. SMS yang selama ini kukenang. SMS yang jika kubaca mampu membangkitkan semangatku ditengah keletihan jiwa, SMS yang selalu kumaknai mampu membuatku menembus atmosfir-atmosfir bumi untuk meluncur ke langit ketujuh. Sumpah!
Salahkah aku?
Aku mungkin bukan pria seperti pada umumnya. Aku tak mudah untuk melupakan cinta, tidak mudah. Saat pagi itu dia sms di bilang lagi ngak pegang hp, aku cuma bisa pasrah. Tak lama dan sampai saat ini dia menghilang begitu saja. Hingga temannya memberitauku bahwa si Endah lagi pacaran sama pacarnya.
sekarang. SMS yang selama ini kukenang. SMS yang jika kubaca mampu membangkitkan semangatku ditengah keletihan jiwa, SMS yang selalu kumaknai mampu membuatku menembus atmosfir-atmosfir bumi untuk meluncur ke langit ketujuh. Sumpah!
Salahkah aku?
Aku mungkin bukan pria seperti pada umumnya. Aku tak mudah untuk melupakan cinta, tidak mudah. Saat pagi itu dia sms di bilang lagi ngak pegang hp, aku cuma bisa pasrah. Tak lama dan sampai saat ini dia menghilang begitu saja. Hingga temannya memberitauku bahwa si Endah lagi pacaran sama pacarnya.
Saat menerima itu, aku menggigil,
muntah-muntah, tanganku gemetaran, aku serasa sakau. Sungguh, cinta itu amat berat
dan dia amat menyakitkan. Sungguh, ingin rasanya aku menahan segala
keinginannya untuk lari dariku, sungguh aku menginginkan itu namun aku tidak
mampu. Sudah cukup tangisan-tangisannya selama ini, aku tak ingin ada tangisan
itu lagi. Jikapun dengan melepaskannya mampu membuat satu senyum tipis di
hatinya, aku rela! Yah, aku rela! Walau dengan konsekuensi aku harus teramat
terluka. Teramat sakit. Hingga ingin muntah rasanya, bukan cuma ingin tetapi
aku benar-benar muntah. Mengigil, ketakutan, kalut, bahkan untuk mengetik tuts
keypad handphone saja terasa amat sulit. Aku benar-benar kacau. Aku kolaps.
Tuhan, aku sungguh tak mengerti.
Apakah sebuah cinta yang teramat tulus tidak cukup untuk membuat kita dicintai?
Tidakkah cukup itu? Harus apalagi!
Sungguh, di dalam diri ini seperti ada yang memberontak. Sungguh, di dalam diri ini ada yang ingin mempertanyakanku. Kamu bodoh Rud! Teramat bodoh! Masih memikirkan perasaan orang lain sedangkan perasaanmu berantakan, KAMU BODOH! TOLOL! BEGO!
Sungguh, cinta itu teramat berat. Amat sangat berat ia dan amat menyakitkan. Harus ada yang dikorbankan saat dirimu siap untuk mencintai, termasuk dirimu.
Sungguh cinta itu amat berat, teramat berat saat keegoisanmu dibenamkan dalam-dalam hingga dialah yang menjadi illah bagimu. Sungguh amat berat cinta itu adanya.
Aku ingin nangis, tapi aku malu. AKU PRIA! Sampai Wendri mengirimkan pesan padaku,
Sungguh, di dalam diri ini seperti ada yang memberontak. Sungguh, di dalam diri ini ada yang ingin mempertanyakanku. Kamu bodoh Rud! Teramat bodoh! Masih memikirkan perasaan orang lain sedangkan perasaanmu berantakan, KAMU BODOH! TOLOL! BEGO!
Sungguh, cinta itu teramat berat. Amat sangat berat ia dan amat menyakitkan. Harus ada yang dikorbankan saat dirimu siap untuk mencintai, termasuk dirimu.
Sungguh cinta itu amat berat, teramat berat saat keegoisanmu dibenamkan dalam-dalam hingga dialah yang menjadi illah bagimu. Sungguh amat berat cinta itu adanya.
Aku ingin nangis, tapi aku malu. AKU PRIA! Sampai Wendri mengirimkan pesan padaku,
” Pada mulanya adalah kaki, lalu perjalanan dari sepatu
ke sepatu. Pada mulanya adalah hati, lalu perjuangan dari ragu ke ragu. Windri
gak bisa ucap apa-apa, kecuali Menangislah Ruddy, apa yang akan terucap jika air mata berbicara lebih dari
segalanya. Pria juga memiliki kelenjar air mata kan? MENANGISLAH. Kamu tidak
salah!”
Puteri hatiku , itu julukan untuk wanita yang selama ini amat kucintai
itu. Wanita yang mampu meruntuhkan hatiku. Wanita yang benar-benar ingin
kunikahi. Wanita yang hingga saat ini masih tak mampu kumengerti.
Sudah cukup! Cukup! Cukup!
Tiba-tiba saja aku teringat penggalan dari lagu Maydani, “Sabarlah menanti, usahlah ragu, kekasih kan datang sesuai dengan iman dihati. Sabarlah menanti, bila di dunia dia tiada moga di surga dia menanti” dan aku tersenyum…
”Tuhan, cinta itu amat berat ya? Amat sangat berat ya dan menyakitkan. Tuhan, untuk melupakan cinta ini berapa tahun engkau berikan waktu untukku? Jangan terlalu lama.” Keluhku.
Tuhan, jika kelak engkau memberikan cinta lagi untuk ketiga kali. Mohon tetapkanlah hatiku padanya dan hatinya padaku hingga aku mampu mengajaknya mendaki surga bersamaku. Jangan biarkan kami tergelincir di persimpangan jalan, hingga aku kembali merasa kesepian.
Tuhan, cinta itu berat ya.Sudah cukup! Cukup! Cukup!
Tiba-tiba saja aku teringat penggalan dari lagu Maydani, “Sabarlah menanti, usahlah ragu, kekasih kan datang sesuai dengan iman dihati. Sabarlah menanti, bila di dunia dia tiada moga di surga dia menanti” dan aku tersenyum…
”Tuhan, cinta itu amat berat ya? Amat sangat berat ya dan menyakitkan. Tuhan, untuk melupakan cinta ini berapa tahun engkau berikan waktu untukku? Jangan terlalu lama.” Keluhku.
Tuhan, jika kelak engkau memberikan cinta lagi untuk ketiga kali. Mohon tetapkanlah hatiku padanya dan hatinya padaku hingga aku mampu mengajaknya mendaki surga bersamaku. Jangan biarkan kami tergelincir di persimpangan jalan, hingga aku kembali merasa kesepian.
0 komentar:
Posting Komentar